Senin, 16 April 2012

Kisah Piermario Morosini "Cerita Sedih Si Pria 'Berhati Emas'"

Dunia sepakbola khususnya Italia tengah berduka pasca meninggalnya Piermario Morosini. Pria 25 tahun "berhati emas" itu pergi meninggalkan dunia ini dengan cerita hidupnya yang boleh dibilang menyedihkan.

Morosini, terakhir kali bermain di Livorno dan pesepakbola yang berposisi sebagai gelandang itu menghembuskan nafas terakhir saat klubnya tengah menghadapi tuan rumah Pescara, Sabtu (14/4/2012) malam WIB.

Saat itu pertandingan memasuki menit ke-31 dan Livorno tengah unggul 2-0, tiba-tiba Morosini terjatuh di lapangan. Seketika petugas medis di stadion itu memberinya pertolongan pertama dan langsung membawanya ke rumah sakit.

Sayang takdir berkata lain dan Morosini harus dipanggil Tuhan dalam perjalanan ke rumah sakit. Eks anggota timnas Italia U-21 itu kemudian divonis mengalami serangan jantung.

Kejadian tragis itu kemudian segera menyebar ke seluruh dunia dan sepakbola pun harus berduka ketika salah satu pelakonnya meninggal saat sedang bertanding. Boleh dibilang tak ada satupun fans sepakbola yang mengenal siapa Morosini sebelum ini.

Morosini lebih banyak malang melintang di klub-klub kecil seperti Vicenza, Reggina, Padova, dan Livorno. Meskipun ia sempat memperkuat Udinese dan Bologna, tapi masa tinggalnya di sana sangatlah singkat. Di level timnas, Morosini hanya sempat memperkuat level U-17, U-18, U-19, U-20 dan U-21.

Kariernya yang terhitung biasa-biasa dengan 141 penampilan dan satu gol, sejak debut profesionalnya tahun 2005, pun setali tiga uang dengan cerita kehidupannya yang sungguh memilukan. 

Morosini harus kehilangan ibunya tahun 2001 ketika umurnya 15 tahun, lalu ia menjadi yatim-piatu setelah sang ayah meninggal dua tahun setelahnya. Tak lama adiknya harus meninggal karena insiden bunuh diri. Setelahnya Morosini hidup bertiga dengan kakak laki-laki dan perempuan, yang menderita cacat.

"Dia sangat baik sekali, selalu membantu keluarganya. Dialah Piermario Morosini," tutur eks pelatihnya di akademi Atalanta, Mino Favini, seperti dilansir Football Italia.

"Dia tumbuh bersamaku di Atalanta dan aku melihatnya bermain ketika masih kecil. Dia adalah pribadi fantastis yang selalu ingin menolong siapapun. Dia hidup untuk keluarganya," sambungnya.

"Meskipun ia adalah orang yang sangat tidak beruntung. Ketika masih kecil dia kehilangan kedua orangtuanya, Kedua kakaknya mengalami cacat fisik. Adik laki-lakinya pun bunuh diri dengan melompat dari jendela. Kehidupannya sangatlah tidak beruntung."

"Udinese mengontraknya dari kami dan dia sangat bertalenta. Dia punya karier yang hebat, semua rekannya menghormatinya. Kemana dia pergi, orang-orang memujinya. Dia berhati emas," tuntas Favini.

"Meskipun ia mempunyai banyak masalah keluarga, Moro selalu tersenyum dan tidak pernah ingin masalah itu menganggunya. Seperti itulah saya ingin mengingatnya," tukas eks rekan setimnya di Vicenza, Raffaele Schiavi.

Kejadian Morosini itu pun seakan membuka kembali "luka" dunia sepakbola terkait mereka-mereka yang meninggal di lapangan akibat serangan jantung. Sebelumnya ada Marc-Fivien Foe, Miklos Feher, Serginho, Antonio Puerta dan Phill O'Donnel.

Selamat jalan, Morosini!


Piermario Morosini sempat jatuh-bangun, seperti berjuang melawan serangan jantung yang menyergap dia di lapangan, sebelum kemudian ajal menjemputnya.

Saat pertandingan Seri B antara tuan rumah Pescara versus Livorno di Stadio Adriatico, Sabtu (14/4/2012), Morosini yang bermain untuk tim tamu kolaps di lapangan di menit ke-31.

Gelandang berusia 25 tahun itu tiba-tiba terjatuh saat mendekati kotak penalti timnya. Pemain yang dipinjam dari Udinese itu sempat terlihat tiga kali berusaha bangkit, namun akhirnya tak mampu dan kemudian tertelungkup.

Seorang rekan setimnya, Pasquale Schiattarella, yang melihatnya terjerembab sendiri, langsung berteriak-teriak meminta tim medis masuk. Ia juga tampak meminta wasit menghentikan pertandingan, tapi sempat terabaikan karena wasit dalam posisi membelakangi mereka.

Selama beberapa menit petugas kesehatan melakukan penanganan darurat. Mobil ambulans kabarnya sedikit kesulitan masuk ke dalam stadion karena pintu darurat terhalang mobil polisi. Disebutkan bahwa penanganan pada Morosini terhambat sekitar enam menit.

Meski sebelumnya ada yang media setempat yang mengabarkan Morosini tewas di dalam ambulans, tapi ia dipastikan meninggal dunia setibanya di rumah sakit Civilo Spirite Santo.

"Dia menatap mataku ketika masuk mobil ambulans," ungkap Chief Executive Pescara, Danilo Iannascoli, kepada Sky. "Morosini jatuh, dia mencoba bangun tapi jatuh lagi. Petugas kesehatan kami menyadari apa yang sedang terjadi."

Menurut kantor berita ANSA, begitu kabar meninggalnya Morosini terdengar, rekan-rekan setim almarhum yang menyusul ke rumah sakit, tumpah tangisnya dan meraung-raung penuh duka.

Tragedi Morosni terjadi ketika publik sepakbola masih terbayang-bayang dengan insiden kolapsnya pemain Bolton Wanderers, Fabrice Muamba, di lapangan, saat pertandingan melawan Tottenham Hotspur di Piala FA, 18 Maret lalu.

Muamba sangat beruntung karena nyawanya terselamatkan meski jantungnya sempat berhenti total selama 78 menit. Pemain berusia 24 tahun itu saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit. Gangguan jantung yang menyergapnya di lapangan itu disebut cardiac arrest, sama seperti yang menyerang Morosini.



Kematian Piermario Morosini menjadi kabar duka yang mengejutkan Mario Balotelli. Dari musibah yang menerpa pemain Livorno itu, Super Mario mengaku dirinya mendapat pelajaran berharga dalam hidup.

Morosini menghembuskan napasnya yang terakhir dalam perjalanan ke rumah sakit. Sebelumnya, dia mengalami kolaps di tengah pertandingan antara Livorno kontra Pescara dalam lanjutan laga Seri B Italia.

Kematian Morosini menghentak sepakbola Italia, dan memaksa otoritas sepakbola negara tersebut meliburkan kompetisi di sepanjang akhir pekan. Dari Inggris, Mario Balotelli menjadi salah satu pemain yang secara emosional merasakan dampaknya.

Morosini dan Balotelli pernah sama-sama memperkuat timnas Italia U-21. Dari kematian mendadak rekannya, pesepakbola yang kerap memicu kontroversi itu mengaku dapat pelajaran berharga soal kehidupan.

"Dia benar-benar menyukai sepakbola. Itu tragedi yang memilukan dan mengajarkan kita untuk berkaca, menghargai dan menghormati kehidupan. Saya terkejut saat mendengar berita kematian Morosini. Saya tidak mempercayainya dan berharap itu cuma lelucon yang buruk," sahut Balotelli pada ANSA dan dikutip dari Football Italia.

"Dia benar-benar orang yang menyenangkan, sungguh baik. Ini membuat saya berkaca pada diri saya sendiri terkait banyak hal. Itu mengajarkan saya untuk menghargai hidup, menghormatinya dan mejalankan kehidupan dengan waspada dan penuh kehormatan," lanjut striker Manchester City itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar